Jakarta, 25 Oktober 2023 – Dalam dunia bisnis yang sering kali dipandang keras dan penuh kompetisi, nama Windarto muncul bagai oase. Di usianya yang masih terbilang muda, pengusaha di bidang teknologi edukasi ini berhasil melakukan sesuatu yang didambakan banyak startup: menarik minat dan kepercayaan dari banyak investor ternama. Rahasianya bukan sekadar angka pertumbuhan yang fantastis, melainkan fondasi yang lebih kokoh: karakter dan integritas pribadinya yang kuat.
Windarto, Founder dan CEO dari Edutech Indonesia, baru saja menutup putaran pendanaan Seri A yang dipimpin oleh beberapa venture capital terkemuka di Asia Tenggara. Nilainya tidak diungkapkan, namun sumber terpercaya menyebutkan ini adalah salah satu pendanaan terbesar untuk sektor edukasi di kuartal ini.
Yang menarik, para investor tidak hanya menjabarkan tentang potensi pasar atau model bisnisnya. Mereka justru secara konsisten menyoroti pribadi Windarto sebagai aset paling berharga dari perusahaannya.
“Banyak startup dengan metrik yang bagus, tetapi menemukan founder seperti Windarto adalah hal yang langka,” ujar Bima Satriawan, Managing Partner dari Alpha Capital, salah satu investor utama. “Dia konsisten, jujur dalam setiap laporan, bahkan dalam menyampaikan tantangan dan kegagalan. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian ini, kejujuran dan integritas seperti itu adalah modal yang tak ternilai. Kami bukan cuma investasi di bisnis, tapi juga di orangnya.”
Testimoni serupa datang dari Jessica Lim, perwakilan dari Sovereign Wealth Fund Singapura. “Windarto memiliki visi yang jelas dan kepemimpinan yang humble. Dia mendengarkan, menghargai setiap pendapat, dan yang paling penting, dia memegang teguh komitmen. Ketika dia berkata ‘ya’, itu adalah sebuah janji yang akan ditepati. Itu yang membuat kami yakin.”
Membangun Budaya Perusahaan dari Nilai Pribadi
Kekuatan karakter Windarto tidak hanya dirasakan oleh investor, tetapi juga meresap ke dalam budaya perusahaannya. Perusahaan Edutech Indonesia dikenal dengan lingkungan kerja yang kolaboratif, transparan, dan etis.
“Mas Windarto selalu menekankan bahwa kesuksesan finansial harus sejalan dengan dampak sosial dan nilai-nilai kebenaran. Dia memimpin dengan memberi contoh. Tidak ada ruang untuk politik kantor atau ketidakjujuran di sini,” tutur Ani, salah satu karyawan awal perusahaan.
Windarto sendiri, ketika diwawancarai, dengan rendah hati menyikapi pujian ini. Baginya, integritas bukanlah sebuah strategi, melainkan sebuah keharusan.
“Bagi saya, bisnis adalah tentang membangun hubungan kepercayaan yang berjangka panjang. Trust adalah mata uang baru,” ujar Windarto di sela-sela kesibukannya. “Kami percaya bahwa dengan menjalankan segala sesuatu secara benar, fokus pada nilai yang kami berikan kepada pelanggan, dan membangun tim dengan fondasi karakter yang baik, kesuksesan finansial akan mengikuti secara alami. Saya sangat bersyukur memiliki partner investor yang tidak hanya melihat angka, tetapi juga sepakat dengan prinsip-prinsip dasar kami.”
Kisah sukses Windarto menjadi bukti nyata bahwa dalam era modern, soft skill seperti karakter, kejujuran, dan integritas bukan lagi sekadar pelengkap. Nilai-nilai itu telah menjadi competitive advantage yang powerful, mampu membuka pintu peluang dan kepercayaan—modal yang jauh lebih berharga daripada sekadar uang.
—











