Serang,30-10-2025

Anemia Pada Remaja Putri
Rematri Rentan mengalami anemia karena :
Rematri mengalami menstruasi sehingga kehilangan banyak darah
Sedang tumbuh sangat pesat sehingga perlu zat gizi lebih banyak
Kurang asupan kaya zat besi dan protein dalam makanan sehari-hari
Sering melakukan diet yang keliru untuk menurunkan berat badan
Agar tidak terjadi Anemia pada
Remaja :
Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang
Mengkonsumsi Tambet Tambah Darah (TTD) sesuai anjuran
Menjaga kebersihan (kecacingan dapat menyebabkan anemia)
Pemberian Tablet Tambah Darah
Pemberian 1 tablet per minggu sepanjang tahun
Mengandung 60mg elemental besi dan 400 mcg asam folat dan diberikan secara blanket approach
Pemberian TTD di sekolah dilakukan pada remaja putri SMP/sederajat dan SMA/sederajat dengan menentukan hari minum bersama di sekolah
Pada saat libur sekolah, remaja putri di bekali dengan TTD
Perlu memastikan remaja minum TTD di sekolah setiap minggu
Setelah sarapan atau makan bersama
Pendidikan gizi bagi remaja dan guru
Melibatkan siswa (Kader Kesehatan Sekolah) untuk pencatatan dan pelaporan dan menyebarkan pesan pentingnya minum TTD
Dinas Pendidikan dan Kemenag turut memantau sekolah/madrasah dalam pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan program TTD Rematri
Tips pemberian Tablet Tambah Darah Pada Bulan Puasa (Selama Bulan Puasa)
Guru UKS/Wali kelas serta tenaga kesehatan Puskesmas/kader perlu membekali siswi/remaja putri dengan TTD selama bulan puasa
Guru UKS/wali kelas serta tenaga kesehatan Puskesmas/Kader mengingatkan siswi/remaja putri untuk minum TTD setiap minggu secara teratur dengan cara yang benar untuk menghindari efek samping
Siswi/remaja putri mengkonsumsi TTD sebanyak 1 tablet setiap minggu saat setelah buka puasa, sebelum tidur, atau saat sahur (tidak dalam keadaan perut kosong)
Guru UKS/wali kelas serta tenaga kesehatan Puskesmas/Kader diharapkan dapat mengingatkan siswi/remaja putri untuk minum TTD secara mandiri dan melaporkan melalui WAG atau media sosial lain yang biasa digunakan bersama siswi/remaja putri
Guru UKS/Wali kelas serta tenaga kesehatan Puskesmas/Kader mencatat konsumsi TTD pada siswi/remaja putri
Tips Pemberian Tablet Tambah Darah Saat Puasa

Skrining Anemia Pada Anak Usia Sekolah dan Remaja
Melalui penjaringan kesehatan di sekolah / madrasah jenjang SMP/SMA dan di lakukan Pemeriksaan Hb.
Apabila Hasil Skriningnya Positif :
Anemia Ringan yaitu : 11 – 11,9 gr/dl
Anemia Sedang yaitu : 8 – 10,9 gr/dl
Penanganan pada anemia Ringan dan Sedang bisa dengan merujuk ke puskesmas (bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan dengan hematologi analyzer di Pusekesmas, obati dengan TTD 1 tablet perhari (anemia ringan) dan 2 tablet perhari (anemia sedang), edukasi asupan gizi, follow up dalam 2-4 minggu (klinis dan pemeriksaan Hb), dan bila tidak membaik dalam waktu 4 minggu, atau status anemia dan klinis menjadi berat disertai ditemukannya penyebab selain AGB, rujuk ke Rumah Sakit
Anemia Berat yaitu : > 8 gr/dl
Penanganan pada Anemia Berat yaitu Rujuk ke rumah sakit untuk mengetahui sumber penyebab dan mengetahui kemungkinan anemia di luar anemia gizi besi.
Dengan adanya Skrining Anemia pada Remaja :
Mendeteksi kasus anemia
Memberikan tatalaksana dan rujukan (bila diperlukan)
Mendeteksi dini bila ditemukan anemia diluar anemia
Apabila hasil Skrining Negativ , maka nilai Hb nya ≥ 12 gr/dl
Tetap minum TTD 1 tablet / minggu
Penerapan konsumsi Gizi seimbang
Perilaku Hidup Sehat

Tata laksana Anemia
Rekomendasi WHO
Intermittent iron and folic acid supplementation is a preventive strategy for implementation at population level. If a woman is diagnosed as having anemia in a clinical setting, she should be treated with daily iron (120 mg of elemental iron) and folic acid (400 µg or 0,4 mg ) supplementation until her haemoglobin concentration rises to normal (1). She can then switch to an intermittent regimen to prevent recurrence of anaemia.
http://www.who.int/elena/titles/guidance_summaries/iron_women/en/
sumber WHO | Intermittent iron and folic acid supplementation in menstruating women
Angela, WHO : Usually Hb responses to iron supplementation in an anaemic person is seen between 3-4 weeks, minimum 14days. So at a practical level, checking Hb levels after one month is a reasonable time frame. This is recommended in almost all many national anaemia guidelines. Of course this is for oral supplementation and mild/moderate anaemia. If severe anaemia, the regime and testing will be different.
Rekomendasi IDAI
Tindak lanjut hasil skrining :
Tatalaksana Anemia Ringan / sedang :
Rujuk ke puskesmas, berikan TTD sebanyak 2 tablet/hari
dosis Fe elemental 60 mg/hari untuk anemia ringan
dosis Fe elemental 120 mg/hari untuk anemia sedang sampai berat
Harapannya ada peningkatan Hb 1-2 g/dL dalam 2-4 minggu.
Diperlukan terapi selama 6-8 minggu setelahnya untuk pengisian cadangan Fe.
Follow up setelah pengobatan :
Umumnya akan terkoreksi setengahnya dalam 2-3 minggu, dan terkoreksi sepenuhnya dalam 8 minggu (2bulan)
Respon terapi juga dapat dinilai setelah 1 bulan terapi : kenaikan Hb > 1 gram/dL atau Ht > 3%
Jika tidak respon kemungkinan perlu evaluasi kepatuhan minum obat, kemungkinan pembawa sifat thalassemia, adanya defisiensi lain (asalm folat, B12) kondisi infeksi, malabrobsi, dan penyakit ginjal/hati
Follow up dalam 2-4minggu (lihat klinis dan kadar Hb), jika tidak membaik dalam waktu 4minggu dan anemia (Hb < 7 g/dL) untuk mencari penyebab lain kemungkinan anemia lainnya.
Bila 3-4 minggu setelah terapi tidak ada respon, hentikan, rujuk ke spesialis anak untuk dilakukan evaluasi.

Monitoring dan Evaluasi
Puskesmas
Sekolah/ madrasah jenjang SMP/SMA/ sederajat yang dilaksanakan skirning
Siswi kelas 7 dan 10 yang dilaksanakan skrining
Jumlah dan prevalensi anemia pada rematri
Jumlah dan prevalensi kasus anemia yang di tatalaksana (termasuk rujukan)
Follow up siswi yang anemia (koordinasi ke sekolah ; memastikan siswi sudah periksa di puskesmas, edukasi yang continue terkait gizi siswi pada orang tua dan sekolah, dst)
Dinkes Setempat
Monitor Puskesmas dengan Hb meter
Monitor Puskesmas yang melaksanakan skrining anemia ke sekolah
Rekap hasil Hb dianalisis sehingga dapat merencanakan program kesehatan di wilayah masing-masing
Sebagai acuan, hasil koordinasi dan komitmen bersama lintas sektor terkait : Disdik, Kanwil Kemenag, Biro Kesra dll.








