Imunisasi dalam Respon KLB PD3I di Banten

Serang,13-10-2025

Ditengah meningkatnya kewaspadaan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi(PD3I). Dari difteri, pertusis, campak-rubela, hingga polio, semuanya masih mengintai.

“Imunisasi bukan hanya soal memberikan vaksin, tetapi juga tentang kesiapan merespon cepat
saat ada kejadian luar biasa.
PD3I masih menjadi tantangan global maupun nasional. WHO mencatat imunisasi mampu mencegah 2–3 juta kematian setiap tahun, namun cakupan imunisasi yang tidak merata
membuat ancaman KLB tetap tinggi.
“Penularan penyakit menular, termasuk PD3I, tidak mengenal batas wilayah.

Mobilitas manusia yang tinggi membuat risiko penyebaran semakin cepat. Karena itu, deteksi dini dan
surveilans yang sensitif mutlak diperlukan.

Definisi operasional KLB PD3I sesuai regulasi, di mana peningkatan kejadian, kesakitan,maupun kematian akibat penyakit tertentu dalam periode waktu singkat dapat menjadi
indikator penetapan KLB. Contoh nyata terlihat dari data 2023–2025, di mana KLB campakrubela, difteri, hingga pertusis masih bermunculan di berbagai provinsi.

Bahwa cakupan imunisasi adalah penentu utama keberhasilan pengendalian PD3I. “Jika cakupan tinggi dan merata, penyakit bisa dieliminasi. Tapi bila rendah, risiko KLB meningkat.

Buktinya, tahun 2024–2025 saja sudah ratusan kasus suspek difteri dan puluhan KLB campakrubela di Indonesia,” jelasnya.

Kebijakan penyelenggaraan Outbreak Response Immunization (ORI), sebuah langkah kunci dalam penanggulangan KLB PD3I.

“ORI adalah crash program. Saat KLB terjadi, semua sasaran di wilayah terdampak diberikan imunisasi tambahan, tanpa memandang status imunisasi sebelumnya, dan ORI harus dilakukan berdasarkan kajian epidemiologi yang menentukan luas wilayah dan kelompok usia sasaran.

Tahapan ORI: mulai dari pra-pelaksanaan (penentuan wilayah, survei cakupan, perencanaan
logistik), pelaksanaan (penyediaan vaksin, pemberian imunisasi yang aman, pencatatan dan pelaporan, hingga surveilans KIPI), hingga pasca-pelaksanaan (evaluasi, penguatan imunisasi rutin, dan surveilans berkelanjutan).

Tantangan yang dihadapi petugas dilapangan, masyarakat menolak imunisasi karena kurang
paham. Padahal saat KLB, tidak ada pilihan lain selain segera memberi perlindungan, serta koordinasi lintas sektor juga menjadi kunci, karena bukan hanya tugas tenaga kesehatan, tapi butuh dukungan tokoh masyarakat, sekolah, hingga aparat desa.

Di tengah berbagai tantangan kesehatan masyarakat, kesiapsiagaan menghadapi KLB PD3I
bukan hanya soal vaksin, melainkan juga tentang membangun sistem respon cepat, koordinasi
lintas sektor, dan komunikasi yang efektif ke masyarakat.

Banten telah mengambil langkah nyata dengan sinergi semua pihak, target nasional—mulai
dari eliminasi campak-rubela hingga mempertahankan Indonesia bebas polio—diharapkan
dapat tercapai tepat waktu.

Adv

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *