Lebak, Lentera Banten—Masyarakat Desa Mekarjaya, Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak, Banten, masih tersilor karena belum tersedianya prasarana jalan yang memadai. Jika ada warga yang sakit dan memerlukan perawatan ke Puskesmas Panggarangan, harus di tandu atau yang sakit dimasukan kedalam sarung lalu di gotong warga secara bergantian.
Begitupun jika mengangkut hasil pertanian atau perkebunan, harus di pikul menuju jalan raya Malingping – Cikotok, sejauh 10 kilometer. Jika ada uang lebih, untuk menuju jalan nasional III (Malingping-Bayah), masyarakat menggunakan jasa ojek menuju Desa Sindangratu, namun harus ditebus dengan biaya transfortasi yang amat mahal Rp50 ribu – Rp 75 ribu.
Warga juga terbiasa menggunakan jasa ojek melintasi route Kampung Astana – Kampung Jatake – Naringgul – Sukajaya – Bayah (Jalan Raya Cikotok), dengan jarak lebih jauh sekitar 15 KM. Melalui perkampungan ini, jalan rada lumayan bisa dilalui kendaraan roda empat dari Kampung Jatake hingga Sukajaya. Selebihnya menggunaan roda dua dengan cara terpaksa. Ini pun harus ditebus dengan ongkos Rp 50 ribu – Rp 90 ribu ditambah dengan “sakit pinggang”, karena melintasi batu terjal dan tanjakan/turunan jalan yang curam.
“Kami merasa hidup belum merdeka. Merdeka dari keterbelakangan, pendidikan, dan kemiskinan, akibat belum ada prasarana jalan yang memadai,” kata Mang Ata (50 tahun), Abah Rusdi (70 tahun), Mang Dindin (40 tahun) dan puluhan warga Kampung Pasir Tangkil, Desa Mekarjaya, kepada Bantengate.id, yang menyambangi desa ini, hari Ahad sore (8/10/2023).
Tim Bantengate id menuju Desa Mekarjaya, yang berpenduduk 4.582 jiwa melalui route Sukajaya – PasirTangkil menggunakan jasa ojek. Tiba di Kampung Jatake, sekitar pukul 16.35 WIB dan hujan turun cukup deras. Warga nampak merasa senang, karena sudah lama tak turun hujan sekalipun jalan keperkampungan mereka akan semain sulit untuk dilalui, karena licin dan terjal. Namun, warga bersyukur, dengan hujan tanaan menjadi tersiram.
Menurut Mang Ata dan Dindin, potensi sumber daya alam Desa Mekarjaya dan sekitarnya, cukup bagus. Desa di wilayah bukit ini dikenal sebagai penghasil pertanian padi, kelapa, melinjo, jengkol pisang dan karet.
Menuju jalan raya Bayah dari Kampung Pasir Tangkil lebih dekat melalui Kampung Ciijo, Desa Situregen. Tapi, terkendala oleh jembatan kali Cimancak yang ambrol, akibat banjir pada awal tahun 2022 lalu.
“Masyarakat sudah bergotong royong iuran duit semampunya untuk membangun badan jembatan, tapi baru mampu membangun badan jembatan/beton sebelah. Badan jembatan yang sebelah lagi (Kamp. Ciijo) belum terbangun, karena belum ada dana,”kata Mang Ata.
Mang Ata sebagai Ketua Gapoktan Desa Mekarjaya, yang merasakan kesedihannya akibat belum tersedianya prasarana jalan yang memadai. Sekitar pertengahan Oktober 2023 atau sekitar dua minggu lalu, isterinya akan melahirkan dan harus ditolong persaliannya di Puskesmas Panggarangan.
Karena sulitnya jalan, isterinya yang akan melahirkan harus di gotong dan tiba di Puskesmas Panggarangan jam 21.30 WIB malam. Setelah melewati perjuangan berat, isteri Mang Ata, selamat melahirkan seorang bayi peremuan sekitar pukul 01.30 dini hari.—(dimas)